Pada tahun 1200an Masehi, bangsa Mongolia yang terletak di daerah Utara
khatulistiwa sudah mulai membuat sebuah alas kaki yang terbuat dari
kulit Yak, sejenis sapi yang hidup di daerah Mongolia. Mereka
membuat alas kaki yang bentuknya mirip dengan boots di jaman sekarang.
Alas kaki ini banyak dibuat untuk melindungi kaki mereka dari dinginnya
salju yang sepanjang waktu menyelimuti daerah tempat tinggal mereka.
Efek hangat yang diberikan membuat kulit binatang ini menjadi pilihan
utama dalam hal pembuatan alas kaki ini. Jadi pada awalnya boots ini
dibuat hanya untuk melindungi kaki dari dinginnya salju.
Seiring perkembangan jaman, penggunaan boots ini semakin meluas. Awalnya Boots digunakan untuk menyebut sepatu tinggi yang kuat dan bisa melindungi kaki dari benda-benda berbahaya. Pada masa Revolusi Industri di Eropa, boots banyak digunakan pekerja untuk melindungi kaki mereka saat bekerja.
Di Amerika, boots lebih populer dipakai oleh cowboy, dengan bentuk yang
lebih runcing di ujungnya, dan juga terdapat gerigi dibagian belakangnya
sebagai pengganti pecut saat menunggangi kuda mereka, seperti yang
sering dilihat di film-film cowboy pada masa itu.
Di Indonesia sendiri, awalnya boots dikenal sebagai sepatu tinggi berbahan karet yang dipakai para pekerja untuk melindungi kaki dari hujan atau bahan-bahan kimia berbahaya. Namun saat ini boots mulai merambah dunia fashion dengan berbagai bahan dan design yang disesuaikan. Boots kini lebih bervariasi dan lebih casual.
Boots bisa menambah kesan tough dan dare to be different bagi pemakainya. Kesan itu tertangkap mungkin ketika melihat para pekerja tambang yang gagah dan tidak takut pada apapun yang dipijaknya, apakah batu keras atau lempengan besi panas. Sepatu Boots beda karena memang menyimpan keunikan sendiri saat dipadukan dengan busana dan aksesoris yang dikenakan.